dalam perjalananku, dirimu hadir
disituasi rasa yang tepat diwaktu yang salah
seperti bait syair Fiersa Besari yang kau nyanyikan malam itu
kamu...
seperti angin...
yang saat itu membangun kecemasan dan ketakutan
seperti ancaman covid yang siap masuk menyelinap pada setiap celah kekuatan
kamu...
seperti angin...
yang menariku berjalan ditepi pantai dengan kesendirian
menyetuh wajahku penuh kasih dan sayang
memeluk erat dengan kelembutan
mengempaskan ku diatas pasir putih pantai pasumpahan
menariku kedasar laut yang jernih
menyelami setiap batu karang putih
dihiasi dengan warna warni ikan menawan
ah...kau kan angin...
tak mungkin mampu menyatu dengan air
begitu gumamku...
aku memang bukan air...
tapi lihatlah...
kehidupan bawah air yang mempesona
karena ada angin didasar sana
begitu celotehmu membela...
liatlah mereka, ikan-ikan itu berenang mengelilingi kita
dengan warna warni di tubuhnya
meyakinkan kita bahwa
air dan angin bisa bersama
saling mengisi, menguatkan dan memberikan kehidupan berkelanjutan
bukankah Tuhan menciptakan kita untuk saling mengisi
saling membutuhkan, saling menjaga dan saling mencinta ?
tanyamu dengan mata berat berlinang air mata
seolah berusaha meyakinkan rasa
angin..itu berlalu pergi meninggalkan air berkaca
menahan tangis, menyebar pasrah
dan berharap angin kembali dengan kelembutan
menyatu membangun keindahan
tapi....
entah kapan...
karena kepastian itu
hak sepenuhnya Tuhan...
Angin....
aku menunggu pelukan lembutmu...
No comments: